
OPINI
KEKERASAN ATAS NAMA MEWAKILI RAKYAT…..KOK BISA?
Oleh: H. J. Faisal
Saya terkadang suka bercanda dengan kawan saya, ketika kita sedang berbincang-bincang, baik berbincang di warung kopi pas sedang ketemuan, ataupun sekedar berbincang melalui Whatsapp.
Saya pernah mengatakan begini kepada kawan saya, “Sebagai rakyat Indonesia, kita seharusnya bangga terhadap para anggota MPR, DPR, DPRD atau DPD kita, karena sebagai wakil rakyat, mereka selalu pandai dan sigap dalam mewakili segala keperluan dan kebutuhan hidup kita….”
“Aaah masa….bukannya mereka selalu membela kepentingan pemerintah daripada kepentingan rakyat, seperti dalam kasus kenaikan harga BBM kemarin?” tanya kawan saya dengan heran.
“Yaaa, itu juga benar…” timpal saya.
“Tetapi dalam mewakili keinginan rakyat, mereka juga sangat cepat, sistematis, terukur, dan sensitif. Begini, semua rakyat pastinya ingin mempunyai fasilitas mewah, mobil mewah, uang banyak….iya kan?”
“Naaah….itu semua adalah keinginan rakyat yang sudah diwakili oleh mereka sebagai wakil rakyat. Para wakil rakyat tersebut pastinya punya fasilitas mewah, mobil mewah, dan uang yang banyak, bukan…..hehehehhe” jelas saya.
“Masih kurang….? Sebagian besar isi hati rakyat kita juga pasti menginginkan punya istri lebih dari satu, atau punya simpanan wanita yang cantik-cantik. Pastinya juga, semua rakyat Indonesia ingin bisa pergi berlibur ke Bali, ke Singapura, atau ke semua tempat-tempat menarik di luar negeri, bukan….?”
“Tenang saja, semuanya itu sudah diwakili juga oleh mereka, para wakil kita di Senayan sana…hehehhe. Rakyat Indonesia cukup di rumah saja. Coba pikirkan, bagaimana kurang berjasanya mereka sebagai wakil rakyat kepada kita, rakyat yang notabene sebagai tuan mereka….?” jelas saya kembali.
“Hehehehe….benar juga, ya” kawan saya pun akhirnya mengerti.
Sebenarnya masih banyak hal yang dapat kita ‘mengerti’ tentang para wakil partai…eehhh…maksudnya wakil rakyat kita di MPR, DPR, DPRD, dan DPD ini…(ternyata banyak juga ya lapisan para pengaku wakil-wakil wong cilik ini…..).
Begini, hampir setiap pagi, sewaktu saya mengantar istri saya ke tempat kerjanya di wilayah Beji, Depok, kami melewati sebuah baliho besar di persimpangan flyover Beji.
Baliho tersebut berisikan foto seluruh anggota DPRD Depok Jawa Barat. Naaah….salahsatunya ada foto Tuan Tajudin Tabri (sebenarnya saya ingin menyingkat namanya menjadi…., tapi ko kedengarannya ngga etis ya..) yang sedang gone viral. Beliau adalah wakil ketua DPRD dari Fraksi Golkar.
Ya, karena gayanya yang seperti komandan kesatuan tentara itulah, akhirnya dia menjadi viral. Viral bukan karena prestasi yang telah dia lakukan selama menjadi anggota dewan, tetapi viral karena Bapak anggota dewan yang terhormat ini sedang memberikan sebuah hukuman fisik terhadap seorang supir truk yang menerobos masuk sebuah gapura jalan, yang terbuat dari pipa saluran gas, di daerah Krukut, Limo, Depok.
Tetapi jika kita perhatikan dari video hukuman yang beredar luas tersebut, sepertinya hukuman tersebut lebih mengarah kepada penyiksaan, menurut saya. Persis seperti penyiksaan penjajah Belanda terhadap rakyat Indonesia pada waktu jaman penjajahan tempo dulu.
Supir truk yang baru berusia 24 tahun tersebut dipaksa untuk melakukan gerakan push up, berguling di aspal, bahkan sempat-sempatnya ditendang oleh Bapak anggota dewan yang akhirnya jadi kurang terhormat ini.
Memang, meskipun supir truk tersebut telah melakukan kesalahan, tetapi dia bukanlah objek pelampiasan tindakan main hakim sendiri. Apalagi Tajudin Tabri ini bukanlah seorang hakim pula. Sebenarnya bisa saja supir truk ini diberikan peringatan, bahwa apa yang telah dilakukannya adalah sebuah kesalahan dan diperingatkan untuk tidak melakukannya lagi lain kali, atau bisa juga dibawa ke kantor Polisi untuk diberikan pembinaan. Selesai perkara….
Jika sudah begini, akhirnya nama Tajudin Tabri pun menjadi tercoreng, rakyat….eeh…maksudnya partai yang diwakilinya pun menjadi malu….apalagi di tahun politik seperti ini, dimana seluruh partai sedang saling bersaing dengan keras untuk mendapatkan simpati rakyat. Ambyar daaaah….kata partai yang diwakilinya.
Naah, kalau untuk kasus kekerasan, dan main hakim sendiri seperti ini, saya sepertinya jadi kurang ‘mengerti’, alias tidak paham bin bingung.
Mengapa demikian? Karena saya dan kebanyakan rakyat Indonesia lainnya, tentunya tidak ingin diwakili dalam tindak kekerasan dan main hakim sendiri seperti itu, karena kami adalah rakyat Indonesia yang masih memeluk agama, beradab, makan bangku sekolahan, dan pastinya punya perasaan atas nasib yang sama sebagai anak bangsa pada saat ini. Ya, sama-sama sedang susah dan sedang menderita lahir batin karena kondisi sulit saat ini.
Tetapi, meskipun kami rakyat biasa yang sedang kesusahan dalam memenuhi kebutuhan dasar hidup kami, tetap saja kami bukan objek kekerasan dan objek arogansi para pembesar negeri ini.
Karena itulah, kami sebagai rakyat kecil merasa bingung, sebenarnya Bapak Tajudin anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang terhormat ini mewakili siapa ya, dengan tindakan arogannya terhadap supir truk, yang sedang berusaha untuk mencari makan tersebut?
Wallahu’allam bisshowab
Jakarta, 25 September 2022
Tentang penulis:
H. J. Faisal, Pemerhati Pendidikan/ Sekolah Pascasarjana UIKA, Bogor/ Anggota PB Al Washliyah